campuran-gomars
solo punya: KOMODITAS SUSU KAMBING

Jumat, 06 Januari 2012

KOMODITAS SUSU KAMBING


Kambing etawa merupakan komoditas baru di indonesia yang kemungkinan memiliki prospek perkembangan yang baik, walaupun belum terbukti secara ilmiyah. anggapan yang berkembang di masayarakt adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan beebagai peyakit pernafasan seperto asthma dan TBC. oleh karena itu permintaan cenderung meningkat dan harga yang masih cukup tinggi, di sisi lain kambing perah dapat berperan ganda sebagai peghasil susu dan daging.


Dari kebutuhan investasi, usaha kambing pernah  memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan sapi perah dan disamping ini relatif  lebih mudah dalam manajemen.  Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya kambing peranakan  Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu. Susu kambing belum dikenal secara Iuas seperti susu sapi padahal memiliki komposisi kimia yang cukup baik (kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8%) relatif  lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0%  (Sunarlim dkk, 1992). Disamping itu dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kambing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim dkk, 1992) (Sinn, 1983). 

Produktivitas biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Devendra, 1975). Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi.

Masyarakat Indonesia mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang utama setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala pemilikian 4 – 10 ekor. Permintaan kambing untuk konsumen khususnya seperti restauran dan hotel-hotel masih dipenuhi oleh impor. Hal ini disebabkan daging kambing dalam negeri kurang sesuai untuk masakan yang dikehendaki oleh restauran dan hotel tersebut. Pengembangan pasar ke pasar spesifik merupakan peluang ekonomi yang pantas diraih dengan pengusahaan peternakan kambing sistem ranch, dan hal ini sangat sesuai dengan kambing PE. Komoditas susu kambing juga memiliki propek yang baik sejalan dengan semakin memasyarakatnya susu tersebut. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar