Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, seperti masuk kedalam sebuah lingkaran, jangan setengah-setengah, kaki satu di dalam lingkaran sedang kaki lainnya diluar lingkaran. Karena Islam adalah sistim kehidupan yang universal dan sempurna, sebuah kebenaran, diluar itu adalah kebathilan “ Apalagi yang ada setelah kebenaran selain kesesatan “ . Diluar sistim Islam adalah jahiliyah. Setiap bagian dari ajaran Islam mempunyai lawan, yaitu jahiliyah. Perilaku kita dalam hidup hanya ada dalam dua kategori, Islamy atau jahily. Kalau kita enggan mengikuti ajaran Islam otomatis dalam waktu yang sama kita mengikuti langkah-langkah syetan.
Islam merupakan kesatuan sistim yang terpadu, tidak terbagi-bagi atau pun saling terpisahkan, tetapi justru saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Ketika banyak kabilah Arab Badui enggan membayar zakat setelah wafatnya nabi dan hanya sanggup menunaikan shalat, Abu Bakar memerangi mereka serta menganggap mereka sebagai orang murtaddin. “ Mengapa mereka memisahkan antara zakat dan shalat, sedang Allah di dalam al-Qur’an tidak pernah memisahkan antara keduanya “ kata Abu Bakar. Di masyarakat kita sekarang zakat tidak berhasil dibudayakan karena mereka belum menjadi penegak shalat, zakat hanya berhasil di tengah komunitas penegak shalat.
Dalam surah Al-Mukminun Allah menjelaskan bahwa orang yang mendapat kemenangan adalah mereka yang khusyu’ dalam shalatnya, menjauhi hal-hal yang sia-sia, menunaikan zakat ( termasuk tazkiyatunnafs ), memelihara kehormatan, menepati janji dan menjalankan amanah serta senantiasa menjaga shalatnya. Syarat-syarat kemenangan yang diterangkan Allah dalam rangkaian ayat diatas saling berkaitan satu dengan lainnya dan tidak terpisah. Orang yang tidak khusyu’ dalam shalatnya atau tidak mampu memelihara shalatnya tidak mungkin mempunyai sikap hidup produktif, menjauhi hal-hal yang tak berguna. Seperti juga masyarakat yang tidak menegakkan shalat tidak mungkin akan menunaikan zakat. Jangan pula diharap amanh dan janji akan tertunaikan dengan baik serta kehormatan pribadi akan terpelihara di tengah masyarakat yang masih menyia-nyiakan shalat. Semua syarat kemenangan saling berkaitan, menjadi satu kesatuan yang integral.
Karena itu kita tidak mempunyai pilihan kecuali mengambil Islam secara keseluruhan, mempunyai kesalehan ritual dan keluhuran akhlaq pribadi sekaligus kesalehan sosial dan akhlaq bermasyarakat. Sebuah bangunan akan mudah rusak bila ada beberapa bagian yang retak. Sebuah mobil tidak akan nyaman dipakai bila gasnya rusak, atau remnya blong, ataupun pentil bannya bocor, tidak boleh ada kebocoran sekecil apapun pada sebuah perahu bila kita ingin berlayar dengan selamat. Sebuah gigi yang lobang akan mengganggu metabolisme tubuh secara keseluruhan, demikian pula kita dalam berislam, harus kaffah dan total, ajngan ada bagian-bagian Islam yang kita sepelekan, berislam dengan benar dalam aqidah, ibadah, syareah dan akhlaq.
Dalam peranan dan fungsi kita sebagai guru di Pondok, konsep kesatuan sistim yang terpadu ini mutlak harus difahami dan diterapkan. Seorang ustadz yang baik adalah yang mempunyai kekhusyu’an ibadah, kesemangatan belajar, kesungguhan mengajar serta keteladanan dalam aktivitas keseharian. Seorang ustadz yang tidak mempunyai self disiplin dalam belajar, mengatur waktu, hiburan, o;ah raga dan ibadahnya tidak mungkin mampu mendidik dengan baik dan berhasil. Jadi kita tidak bisa berpura-pura bermain sandiwara, bermike up agar tampak rapi dan keren di depan kelas saat mengajar, sementara itu di luar kelas ibadah kita berantaakan, waktu kita banyak terbuang, kehidupan kita hanya mengejar selera nafsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar